Pengalaman Mengurus Jenazah di Jepang

Pengalaman Mengurus Jenazah di Jepang

Ini adalah artikel singkat beberapa hal yang harus disiapkan dalam memandikan jenazah dan prosesnya di Jepang.

Saya tidak akan membicarakan proses administrasinya tapi khusus hanya pada proses memandikan hingga menguburkan. Konten bisa berubah menyesuaikan medan (kita akan melihatnya ketika sudah berada di lapangan). Di akhir artikel saya akan memberikan rangkuman tips yang dibutuhkan untuk mengurus jenazah dari mulai memandikan hingga menguburkan. Jika artikel ini terlalu panjang silakan scroll down langsung kebagian tips.

Bagi sebagian orang, memandikan jenazah bisa menjadi sesuatu hal yang sangat jarang untuk dilakukan. Di Indonesia, mengurus jenazah biasa dilakukan oleh Ketakmiran Masjid setempat, Pak Kaum (sebutannya untuk di desa), atau Kepanitiaan khusus yang memang tugasnya mengurus jenazah. Kalau di Yogyakarta ada sebuah yayasan yang bergerak khusus dalam kepengurusan jenazah yang bernama Bunga Selasih.

Kebetulan masjid saya pernah mengadakan pelatihan mengurus jenazah bersama dengan Bunga Selasih. Mereka memberikan tutorial praktis, efektif dan efisien kepada takmir masjid dan warga yang tertarik. Terkait best practices ini mungkin masing-masing tempat memiliki cara masing-masing. Tentunya yang paling utama bukanlah praktis, efektif dan efisien tapi bagaimana tata cara yang ada sudah sesuai dengan ketentuan yang diajarkan oleh Nabi Muhammad Sholallohu alaihi wa Salam.

Alhamdulillah, di Jepang, kita yang muslim memiliki makam khusus yang terletak di daerah Ibaraki dan Yamanashi. Adapun proses kepengurusannya seperti memandikan dan mengkafani biasanya dilakukan di masjid atau Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Tokyo. Masjid yang biasa menerima untuk memandikan jenazah ada dua (setahu saya), Masjid Otsuka dan Masjid Camii. Perlu diketahui bahwa kedua masjid ini memiliki medan yang berbeda, saya katakan medan karena baik posisi dan tempatnya berbeda ketika memandikan dan mengkafani.

Pada tanggal 25 September 2018 saya dan beberapa kawan-kawan diamanahi untuk mengurus jenazah seorang mualaf. Beliau wafat pada tanggal 23 September 2018 dan baru bisa diurus tanggal 25 September 2018. Ingat, jangan pernah atau selalu menyamakan kondisi tempat kita (yang mungkin ideal dalam mengurus jenazah) dengan di Jepang. Di Jepang ketika seseorang wafat (ketika di rumah sakit) biasanya akan diurus oleh pihak rumah sakit dari mulai memandikan hingga mengkafani dan menaruhnya dalam peti jenazah. Jenazah yang wafat dan dikafan biasanya sudah diberikan formalin untuk kemudian bisa diserahkan kepada pihak keluarga untuk diurus. Proses administrasi ini yang saya tidak tahu dan biasanya proses pemindahan dari pihak rumah sakit ke pihak keluarga baru bisa dilakukan sekitar 1-2 hari.

Proses memandikan dan mengkafani dilakukan di Masjid Camii Turki yang terletak di Yoyogi-Uehara. Amanah kami waktu itu adalah membantu pihak masjid untuk mengurus jenazah seorang mualaf yang wafat. Alhamdulillah Masjid Camii memiliki ruangan khusus yang bisa digunakan untuk memandikan jenazah, termasuk tempat untuk meletakkan dan memandikannya dengan air. Hanya saja Masjid Camii tidak memiliki ruangan khusus untuk tempat mengkafani (yang sebenarnya bisa menggunakan ruangan apa saja). Di masjid ini memiliki 2 buah meja lipat dengan panjang sekitar 2 meter sehingga jenazah kami persiapkan untuk dikafani diatas meja ini.

Pada waktu itu amanah kami adalah membantu memandikan sehingga kami berpikir hanya untuk support pihak masjid saja. Namun di lapangan ternyata pihak Masjid menyerahkan semuanya dan sepenuhnya ke kami yang bagi kami insya Alloh siap saja. Ini hal yang terpenting nomor satu perlu disiapkan bagi kawan-kawan yang akan mengurus jenazah untuk selalu siapkan diri 100% karena amanah sewaktu-waktu bisa berubah karena kondisi lapangan.

Saya sudah pernah berdiskusi juga dengan istri terkait pengurusan jenazah. Kebetulan istri sudah pernah beberapa kali memandikan jenazah di KBRI. Istri menyampaikan bahwa semua peralatan biasanya sudah disiapkan semua dan kita tinggal bergerak saja. Untuk berjaga-jaga saya siapkan juga sarung tangan jika sewaktu-waktu dibutuhkan.
Sebelum proses memandikan biasanya kita menunggu jenazah itu datang dari rumah sakit. Posisi jenazah tentu saja sudah berada di dalam peti jenazah dan sudah dengan kain kafan. Kami harus mengeluarkan jenazah dari peti kemudian meletakkannya di ruangan yang khusus untuk memandikan jenazah. Siapkan handuk secukupnya. Satu untuk sebagai basahan yang digunakan untuk menutupi aurot dari jenazah pria. Sisanya digunakan untuk mengeringkan jenazah.

Siapkan kain kafan terlebih dahulu, tiga lapis untuk laki-laki dan lima lapis untuk perempuan. Potong sesuai dengan tinggi dan lebar dari jenazah. Berikan lebih sedikit untuk digunakan mengikat bagian kepala. Siapkan, tata dan letakkan pada meja yang telah disediakan (di Masjid Cami ada 2 meja panjang lipat).

Sebelum dimandikan biasanya jenazah masih mengenakan pakaian dari rumah sakit. Yang memandikan idealnya mengenakan sarung tangan, baju lapis dan sepatu boot. Jika tidak ada cukup sarung tangan.

  1. Lepaskan semua pakaian dan tutupi aurotnya dengan handuk atau kain basahan yang telah disediakan. Jangan sampai aurotnya terlihat sedikitpun
  2. Angkat sedikit tubuhnya dan tekan perutnya secara perlahan (agar kotorannya keluar). Biasanya karena sudah dimandikan dari rumah sakit kotorannya sudah tidak ada, atau kalaupun ada hanya sedikit. Bersihkan jenazah dari najisnya.
  3. Membasuh anggota wudhu jenazah, sebagaimana wudhu untuk shalat.
  4. Membasuh kepala dan jenggotnya dengan air yang dicampur dengan daun bidara (jika ada) atau sejenisnya.
  5. Membasuh bagian kanannya lalu bagian kirinya. Ulangi basuhan itu untuk kedua kalinya, lalu ketiga kalinya, setiap basuhan hendaklah menekan perutnya.
  6. Bila ada najis yang keluar, hendaklah dibersihkan lalu ditutup tempat keluarnya najis tersebut dengan kapas atau sejenisnya.
  7. Setelah itu, ulangi wudhu’nya.
  8. Bila belum bersih dengan membasuh tiga kali, ditambah lagi sampai lima kali, atau sampai tujuh kali. Kemudian badannya dikeringkan dengan handuk.
  9. Diberi minyak wangi pada lipatan-lipatan tubuhnya dan anggota sujudnya (anggota badan yang rapat ditempat sujud, dikala sujud). Dan jika seluruh badannya diberi minyak wangi, maka hal itu lebih baik lagi.
  10. Kain kafannya hendaknya dibalur dengan minyak wangi.
  11. Jika kumis dan kukunya panjang, hendaklah dipotong. Tapi jika tidak dipotongpun boleh.
  12. Jika jenazah itu wanita, rambutnya diikat tiga dan dihulurkan kebelakang.

Setelah dikeringkan, kain basahan / handuk untuk basahannya tempat menutup aurot diganti dengan yang kering. Setelah itu pindahkan jenazah dan letakkan diatas kain kafan. Jangan lupa untuk membaluri kain kafannya dengan minyak wangi. Tutupi jenazah dan ikat dengan kain kafan yang telah disediakan. Letakkan kembali ke dalam peti jenazah untuk dibawa kembali dengan mobil pengantar jenazah ke makam.

Perjalanan menuju Yamanashi ditempuh kurang lebih 1,5 jam hingga 2 jam dari Yoyogi-Uehara. Selalu siap sedia payung, jas hujan dan sarung tangan. Kondisi kami ketika memberangkatkan jenazah adalah dalam kondisi hujan. Hujan atau tidak selalu siapkan.

Sampai di Yamanashi jenazah akan diturunkan dan dipindah dengan mobil pickup khusus menuju areal pemakaman. Beberapa tahun sebelumnya untuk menuju areal pemakaman kita harus menggotong jenazah dari bawah hingga ke areal pemakaman yang mana daerahnya cukup curam sehingga membutuhkan minimal 5 orang untuk membawanya. Hati-hati licin. Setelah sampai di areal pemakaman hendaknya mengetahui adab dan tata cara di areal pemakaman. Hal ini tidak akan saya bahas disini.

Jenazah kemudian dikeluarkan dari peti dan diturunkan ke dalam liang lahat. Hendaknya ada dua orang yang turun ke dalam liang lahat untuk menerima jenazah dari atas. Gunakan tali atau ikat kain kafan yang tersedia untuk menurunkan dari atas kebawah. Taruh jenazah dibawah dan miringkan kearah kiblat. Selesai.

Jenazah akan ditutup kembali dengan tanah dan proses mendoakan bisa dimulai. Demikian pengalaman saya dan kawan-kawan yang membantu. Untuk lebih ringkasnya bisa cek tips dibawah berikut.

Tips:

  1. Pelajari tata cara dan adab terhadap jenazah dan proses memandikan jenazah hingga sampai dikuburkan. Silakan merujuk pada rekaman kajian Ustadz Jailani di Masjid SRIT.
  2. Selalu siapkan diri 100% untuk memandikan, mengkafani jenazah hingga sampai menurunkan liang lahat.
  3. Siapkan gunting, gayung, sabun, shampo, sisir, pemotong kuku, kapur barus, kain pengganti atau handuk secukupnya.
  4. Siapkan kain kafan dan potong terlebih dahulu karena biasanya masih dalam bentuk gelondongan.
    a. Tiga lapis untuk laki-laki, celana untuk menutupi aurot
    b. Lima lapis untuk perempuan, pakaian, kerudung, sarung, lalu dibalut dengan dua lapis kain.
    c. Untuk panjang dan lebar disesuaikan dengan kondisi jenazah yang sekiranya dapat menutupi semua semua tubuhnya
    d. Potong sebanyak 4 buah lagi untuk persiapan dibuat ikatan untuk mengikat jenazah yang sudah terkafan.
  5. Memandikan cukup 2 orang atau tambah 1 dari pihak keluarga jika ingin ikut memandikan.
  6. Siapkan payung, sarung tangan, sandal jepit dan jas hujan.
  7. Membutuhkan orang minimal 5 untuk menggotong jenazah. Butuh lebih jika jenazahnya tinggi.
  8. Selalu siap untuk membantu menurunkan jenazah ke liang lahat.

Semoga beberapa tips ini bermanfaat bagi siapa saja yang membutuhkan.

  • masih perlu banyak belajar lagi

Fujisawa-shi, 28 September 2018

Andrey Ferriyan