Negeri Sejuta Pahala

Kota barokah itu bernama Mekkah Al-Mukaromah.
Setelah selesai di kota yang menjadi tempat tinggal Nabi hingga Beliau wafat, selanjutnya menuju kota kelahiran Beliau. Kota ini menawarkan kisah tersendiri yang sekali lagi berbeda dengan kota-kota lainnya. Sebagaimana pernah aku sebutkan bahwa kedua kota yang ada memang sudah mendapatkan tazkiyah langsung dari Sang Pencipta oleh karena itu barokah demi barokah dan kemakmuran demi kemakmuran terus menghiasi kota nan mulia ini.
Maka sebisa mungkin bagi yang memiliki harta berlebih hendaknya segera pasang niat dan mulai mencoba melangkah menuju negeri dengan taburan pahala yang terus turun dan melimpah. Diantara beberapa hal yang aku hingga saat ini takjub dengan Masjidil Haram diantaranya ialah:
1. Kota yang tidak pernah tidur
Selama aku mengunjungi beberapa negeri belum pernah satupun melihat sebuah tempat yang begitu indah dan hidup yang terus di datangi berbondong-bondong oleh orang-orang dari seluruh penjuru dunia. Boleh jadi ini satu-satunya tempat yang selama satu pekan dan selama duapuluh empat jam tidak bosan-bosannya orang-orang berdatangan. Cobalah tengok sejenak suasana menjelang adzan dikumandangkan. Kehadiran mereka semakin banyak dan berlipat. Jangan tanya ketika suasana musim haji. Semua sadar betul keutamaan dari Masjidil Haram yang mulia melebihi lainnya. Suasana ketakwaan kepada Alloh begitu nampak dengan hadirnya di setiap solat lima waktu dan diantara solat tersebut.
2. Sejak dini sudah dikenalkan dengan sunnah
Suatu ketika aku melihat seorang anak kecil yang di mulutnya seolah sedang mengulum sebuah kayu kecil. Apa yang kulihat dikenal dengan nama siwak. Ini merupakan salah satu sunnah yang mungkin masih jarang untuk diamalkan ataupun dikenalkan oleh orang tua kepada anak-anaknya. Keutamaan siwak diantaranya termaktub dalam hadits:
** السواك مطهرة للفم مرضاة للرب**
“Siwak itu pembersih mulut dan diridhai Allah.” (HR. Ahmad. Dishahihkan Syaikh Al Albany di Shahihil Jami’ no. hadits 3695)
Senyum merekah terlihat pada anak kecil itu sembari memandangku. Akupun membalas dengan senyuman. Senyum kepada saudara seiman juga merupakan sunnah yang mungkin telah jarang dipraktekkan. Terlebih anak kecil yang masih belum baligh yang melakukan. Tentu qudwah dan tarbiyah dari orang tua maupun gurunya yang telah mempengaruhinya. Kemudian pada kesempatan lain ada anak-anak kecil yang menyambutku dan beberapa orang dibelakangku dengan uluran tangan imutnya dan senyuman yang indah. Masya Alloh siapa yang tidak merasakan kesejukan dan keinginan memiliki anak yang soleh sedari kecil dan semoga kelak besarpun demikian.
Di lain kesempatan kulihat anak-anak sudah terbiasa berinteraksi dengan Al-Quran. Baik yang sudah mampu untuk membacanya maupun yang sedang belajar. Aku jadi teringat ketika di Masjid Nabawk, ketika anak-anak selepas maghrib begitu riang gembiranya melintas di depanku. Aku mengira mereka adalah anak-anak asli saudi arabia. Ketika itu aku sedang berkumpul bersama dengan para thulab jami’ah kemudian kami menghentikan rombongan anak-anak itu untuk bertanya. Dengan lisan yang fasih berbahasa arab salah satu dari mereka ketika ditanya asal kemudian menyebutkan dari Tajikistan. Subhanalloh. Mereka begitu lucu bertemu dengan aku dan yang lainnya sembari mengulang-ulang dengan nada tertentu pelajaran yang mereka dapatkan dalam membaca Al-Quran. Semoga Alloh menjadikan mereka kelak para ulama robbani yang dapat menjadi panutan bagi yang lainnya. Aamiin.
- Masjid sebagai tempat rihlah
Aku belum pernah melihat selama bepergian ke beberapa tempat yang menjadikan masjid sebagai tempat rihlah keluarga. Mereka datang bersama dengan keluarga mereka mengambil tempat baik itu di halaman masjid maupun dekat dengan Ka’bah. Apa aktivitas mereka?, beramal ya beramal. Bercengkerama antara satu sama lain namun tidak lupa untuk beramal baik berupa membaca Al-Quran maupun berdzikir bahkan salah seorang thulab Madinah yang bersamaku murojaah kitab Muharror di pelataran dekat Ka’bah. Sungguh bahagia dan sebuah karunia yang besar bagi mereka tinggal di sekitar masjidil haram untuk memanfaatkan kesempatan yang ada. Amal lain yang bisa dilakukan dapat pula dengan banyak berdoa ataupun thawaf mengelilingi Ka’bah. Tidak ada satu kesempatan sedikitpun kecuali mereka lakukan dengan banyak beramal kebaikan sebagai bekal di akherat kelak. Seindah apapun, secanggih apapun tujuan akhir kita sama dan satu yakni kematian sebagai jembatan menuju kehidupan abadi. Lalu apa yang akan kita bawa kelak?. Semoga kita semua diberikan kemudahan untuk selalu melaksanakan amalan-amalan kebaikan. Aamiin.
4. Nikmatnya air yang diberkahi
Sudahkah kita menikmati air yang zamzam?. Air yang telah ada sejak jamannya Nabi Ismail ini juga salah satu bentuk kebesaran dan kemahakuasaan Alloh. Air itu terus diminum oleh berjuta-juta bangsa dan negara dan sudah sejak ratusan tahun yang lalu namun dengan ijin Alloh tidak pernah habis ataupun kering. Adakah yang sama demikian?. Saya yakin tidak ada. Minum dari air tersebut begitu nikmat. Masjidil Haram dan juga Masjid Nabawi menyediakan dalam bentuk drum plastik yang dipisah antara yang dingin dengan yang tidak. Masya Alloh nikmat rasanya. Silahkan dicoba.
Ini adalah beberapa faidah yang aku dapatkan selama berada beberapa hari di kota Nabi. Ini adalah hari terakhir sebelum besok kembali ke tanah air. Semoga kita semua diberikan karunia untuk bisa mengunjungi tempat yang berkah ini. Aamiin.
- selepas solat subuh
Andrey Ferriyan,
Makkah, 9 Maret 2015