Negeri dengan Pemimpin yang Mulia

Negeri dengan Pemimpin yang Mulia

Negeri mulia dengan pemimpin yang mulia.

Tak lekang oleh waktu dan masih membekas dalam ingatan dan hati bagaimana diri yang masih lemah ini Alloh karuniakan menjejakkan kaki di negeri mulia nan istimewa. Siapakah orang yang sehat dan sadar yang tak ingin kembali ke tempat yang telah Alloh karuniakan keistimewaan. Sebuah kerinduan yang terus terpupuk hingga terus membesar dan semoga menjadi terkabul tatkala doa-doa pun dipanjatkan.

Sebagian besar dari kita tentu telah mendengar bagaimana peristiwa “crane” di Tanah Suci ini berkembang dan telah meluas. Beberapa cerita hadir dan tak ketinggalan bagaimana kisah saudara saya yang tinggal berdekatan pun terdengar. Walhamdulillah Alloh masih memberikan kesempatan padanya menghirup udara sekalipun ada beberapa hal yang perlu diberikan penanganan agar kembali dapat menjalankan ibadah haji.

Ada hal yang menarik perhatian bagi kita yang terus melihat berita yang berkembang. Melihat pun tetap dengan jeli dan cermat. Bagaimana seorang raja yang memiliki kedudukan besar dapat memberikan perhatian yang luar biasa kepada para tamu-tamu Alloh. Beliau sampai turun ke lapangan hingga menjenguk para korban yang dirawat. Dan tak lupa memberikan santunan yang bagi saya merupakan sebuah ungkapan rasa kepeduliaan terhadap korban. Kiranya sangat jauh dari kesan pencitraan karena untuk menjadi seorang raja tidak ada mekanisme semacam pemilu di Arab Saudi, CMIIW.

Sebenarnya hal ini tidak mengherankan karena memuliakan tamu merupakan akhlak yang sudah dimiliki oleh bangsa Arab jauh sebelum ajaran Islam ini diturunkan oleh Nabi kita yang mulia Muhammad Shalallohu alaihi wa Salam yang mana kemudian ajaran mulia ini diabadikan pula menjadi ajaran Islam yang tertuang dalam hadits berikut:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيُكْرِمْ جَارَهُ وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ

“Dari Abu Hurairah dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda: “Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah dia mengucapkan perkataan yang baik atau diam. Dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah dia memuliakan tetangganya. Dan barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah dia memuliakan tamunya.” (HR. Muslim 67, Dikutip dari Ensiklopedi Hadits Kitab 9 Imam)

Memuliakan tamu disandarkan sebagai salah satu bagian dari iman kepada Alloh dan hari akhir hal ini tentu sangat dipahami oleh beliau. Jika kita coba merunut kembali bagaimana awal-awal beliau di angkat menjadi raja maka kita akan dapat menyaksikan adanya keistimewaan pada diri Raja Salman. Salah satu hal yang menarik buat saya adalah beliau telah menghafal Al-Quran sejak berumur 10 tahun. Tentu saja hal ini memiliki korelasi yang bisa diambil pelajaran di dalamnya. Sebagaimana tertera dalam hadits Rosululloh Shalallohu alaihi wa salam terkait taat kepada pemimpin sekalipun pemimpin itu adalah seorang budak.

عَنْ يَحْيَى بْنِ حُصَيْنٍ قَالَ سَمِعْتُ جَدَّتِي تُحَدِّثُ أَنَّهَا سَمِعَتْ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَخْطُبُ فِي حَجَّةِ الْوَدَاعِ وَهُوَ يَقُولُ وَلَوْ اسْتُعْمِلَ عَلَيْكُمْ عَبْدٌ يَقُودُكُمْ بِكِتَابِ اللَّهِ فَاسْمَعُوا لَهُ وَأَطِيعُوا

“Dari Yahya bin Hushain dia berkata, saya mendengar nenekku menceritakan bahwa dia mendengar Nabi shallallahu 'alaihi wasallam berkhutbah ketika haji wada’, beliau bersabda: “Seandainya kalian dipimpin oleh seorang budak yang memimpinmu dengan kitabullah, maka dengarkanlah dan ta'atilah dia.” (HR. Muslim 3421, dikutip dari Ensiklopedi Hadits Kitab 9 Imam)

Selama pemimpin itu memerintah dengan berpegang pada kitabullah maka wajib untuk mentaatinya. Salah satu pelajaran penting yang bisa diambil dari hadits ini adalah bagaimana seorang pemimpin itu dipilih karena dia yang memahami kitabullah yakni Al-Quran terlebih lagi adalah yang menghafal keseluruhan dari Al-Quran.

Akhlah mulia beliaupun juga terlihat tatkala beliau mau untuk menjenguk tamu-tamu Alloh yang terkena musibah di rumah sakit. Saya jadi teringat kisah Umar ibn Khattab bagaimana beliau begitu terbebani tatkala masih ada rakyatnya yang kelaparan dan membutuhkan perhatian. Oleh karena itu tiap malam Umar ibn Khattab selalu mengadakan patroli. Begitu ia menemukan seorang ibu yang anak-anaknya menangis karena lapar, sedangkan tidak ada bahan makanan yang bisa dimasak dan disuguhkan, dengan segenap kekuatannya Umar ibn Khattab segera bergegas ke Baitul Maal dan memikul sendiri sekarung gandum untuk kebutuhan makan keluarga tersebut. Kalau bagi saya melihat bukan pada besar kecilnya bantuan sekalipun mungkin saja hal ini salah satu poin terpenting, akan tetapi bentuk kepedulian dan rasa tanggung jawab dalam memegang amanahlah yang juga tak kalah penting.

Semoga Alloh merahmatimu wahai Raja Salman dan menjadikan engkau sebagaimana Umar ibn Khattab. Dan semoga kelak saya bisa bertemu denganmu dan menjabat tanganmu untuk menunjukkan rasa syukur saya kepada Alloh karena telah dihadirkan salah satu pemimpin mulia penjaga tanah yang mulia.

  • di waktu subuh

Andrey Ferriyan

Denpasar, 19 September 2015