Mungkinkah Membangun Kembali Figur Muhammad Al-Fatih ?

Pada artikel saya sebelumnya “Poin-Poin Kesuksesan Muhammad Al-Fatih Dalam Menaklukkan Konstantinopel” telah dijelaskan beberapa poin penting apa saja yang menjadi sebab kemenangan beliau di dalam menaklukkan Konstantinopel. Poin-poin ini bukanlah mutlak yang menjadi sebab kemenangan beliau karena kemenangan mutlak merupakan hak Alloh semata dan hanya Alloh yang berhak memberikan kemenangan tersebut kepada manusia-manusia pilihanNya.

Buku yang dipaparkan oleh Ustadz Felix Siauw merupakan buku yang inspiratif dan sangat direkomendasikan bagi para pemuda Islam untuk dibaca dan cocok pula bagi para pemuda Islam di dalam mencari sosok teladan yang mulia baik dari sisi agama maupun sisi keilmuan duniawinya.

Saya hingga saat ini masih berkeyakinan bahwa jika ada orang yang ahli dalam ilmu dunia bukan berarti dia tidak punya keahlian di bidang ilmu agama walaupun semua itu tetap jatuh pada orang-orang pilihan. Guru saya pernah menjelaskan bahwa orang-orang di jaman sekarang tidak sebagaimana jaman Aimmatul Arba ataupun di jaman Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah. Jaman sekarang merupakan jamannya spesialisasi. Orang-orang akan ahli dibidang tertentu dengan fokus pada bidang yang digelutinya.

Hal ini tentu tidak bertentangan bahwa seorang polymath akan tetap ada dan merupakan pilihan. Sebagaimana yang kita ketahui bersama bahwa yang namanya orang-orang pilihan tentu akan lebih sedikit dibandingkan dengan orang-orang umum dan tidak berarti orang-orang tersebut tidak ada sama sekali.

Kembali pada buku milik Ustadz Felix Siauw, ada satu atau beberapa hal penting yang semestinya beliau lanjutkan setelah buku Al-Fatih. Ini merupakan missing link yang belum saya temukan di dalam bukunya. Saya berharap buku tersebut disempurnakan atau kalau boleh dibuat buku lanjutan sebagai penerus. Sebuah buku yang menerangkan ataupun menjelaskan lebih detil jika memungkinkan. Apa itu?. Yakni buku yang menyebutkan langkah-langkah atau hal-hal yang perlu dilakukan untuk membangun atau membina seseorang menjadi pribadi sekelas Muhammad Al-Fatih.

Buku tersebut dapat berupa best practices ataupun konsep-konsep yang semuanya tetap bermuara dan tetap pada koridor Al-Quran dan As-Sunnah. Mengapa demikian?. Cobalah kita tengok kembali perkataan Imam Darul Hijrah Malik ibn Anas. Beliau menyebutkan bahwa tidaklah umat ini akan menjadi baik kecuali dengan apa yang telah memperbaiki umat sebelumnya.

Membangun sosok Muhammad Al-Fatih bukanlah perkara satu dua hari atau setahun dua tahun. Butuh proses yang berjalan secara berkesinambungan dan bertahap. Sebuah proses sebagaimana tumbuhnya padi dari mulai awal bibit disemai hingga tumbuh dan menguning sampai tiba saatnya panen maka saat itulah padi dapat menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi umat manusia.

Ada yang perlu diperhatikan bahwa tumbuhnya padi tidak lepas dari pengawasan. Oleh karena itu pada masa-masa pertumbuhan dibutuhkan nutrisi dan perlunya penjagaan agar tidak terkena serangan hama yang merusak dan menghancurkan. Tahukah kita padi itu adalah calon-calon Muhammad Al-Fatih dan mereka yang menjaganya adalah murabbi-murabbi dari kalangan ahli ilmu yakni para ulama robbani. Ini merupakan dua buah komponen minimal yang dibutuhkan untuk dapat mencetak calon-calon Muhammad Al-Fatih baru. Tanpa keduanya maka akan sulit iranya tercapai hasil yang terbaik.

Calon-calon Muhammad Al-Fatih tidak akan terbentuk secara baik apabila tidak ada yang menjaga dan mengarahkannya pada posisi yang sesuai. Sebaliknya para ulama yang tidak fokus dalam keilmuan dan pembentukan calon-calon Muhammad Al-Fatih akan menyebabkan umat kehilangan generasi ilmu. Sah-sah saja ulama-ulama yang fokus pada keilmuannya tidak melakukan pembinaan calon-calon penerus namun perlu diingat bahwa umur umat Nabi Muhammad Shalallohu Alaihi wa Salam berkisar hingga mencapai kurang lebih 60 tahun. Mereka yang mendapatkan umur yang lebih maka hal itu merupakan karunia dari Alloh. Boleh saja di satu masa seorang ulama berjaya akan tetapi apabila tidak ada satupun ulama yang bertindak menjadi pengarah maka estafet pembentukan orang-orang sekelas Muhammad Al-Fatih tidak akan dapat dilakukan.

Padahal untuk membentuk calon-calon yang militan membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Umur kitapun tidak cukup untuk dapat melahirkannya. Tidak menutup kemungkinan bahkan dibutuhkan lebih dari satu generasi hingga lahir Muhammad Al-Fatih yang baru. Semoga ada orang-orang yang memulai mengambil perannya agar kelak figur tersebut kembali hadir dihadapan umat.

  • ditemani sayup-sayup suara takbir

PMD, 1 Syawal 1434 - 7 Agustus 2013

Andrey Ferriyan