Kita dan Informasi

Sudah benarkah kita menyikapi informasi ?
Di masa ini orang sepertinya sudah terbiasa menggunakan BBM, WA ataupun media sosial lainnya. Aplikasi-aplikasi begitu banyak dan menjamur bahkan tak jarang dalam satu handheld yang kita gunakan terdapat berbagai macam aplikasi. Itu baru satu handheld bagaimana dengan yang memiliki lebih dari satu handheld ?. Merujuk pada riset Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) dan Pusat Kajian Komunikasi Universitas Indonesia (PUSKOM UI) tentang profil pengguna internet di Indonesia menyebutkan bahwa pada tahun 2014 pengguna internet di Indonesia telah mencapai 34,9 % dan hal ini akan terus bertambah. Tentunya hal pada tahun 2015 penggunanya akan lebih banyak lagi. Latar belakang pengguna pun berbeda-beda dan bermacam-macam dengan tingkat pendidikan yang bermacam-macam pula.
Saya pernah melakukan riset kecil-kecilan berkaitan dengan informasi. Media yang digunakan ketika itu adalah BBM. Dari kurang lebih dua ratus orang, hampir sebagian besar memiliki kebiasaan menyebarkan informasi yang tidak akurat atau jika boleh secara kasar dikatakan dusta. Masih teringat dengan jelas dua buah informasi yang tersebar secara masif adalah informasi yang berkaitan dengan “kolor ijo” –Fokus, please–. Terkait kolor ijo saya tidak bertanya lebih jauh apa dan siapakah dia dan menurut saya tidak penting :). Selanjutnya informasi kedua yang beredar secara masif adalah doa-doa yang kalau saya boleh klasifikasikan termasuk yang tidak pernah dicontohkan oleh baginda Nabi Muhammad Sholallohu Alaihi wa Salam terutama ketika masuk bulan-bulan tertentu.
Kebiasaan kita dalam men-share berita tanpa cek dan ricek atau penelitian lebih lanjut dapat menyebabkan informasi yang semestinya valid dan harus diikuti menjadi terkesan “rusak” dan terkotori. Semua dikarenakan fakta-fakta yang menyertainya cenderung tidak benar. Kesimpulan-kesimpulan yang dibangun pun sering terlalu prematur dan cenderung terburu-buru bahkan tak jarang disematkan tambahan-tambahan yang semakin membuat negatif. Saya akan berikan contoh kasus gempa yang terjadi di Nepal baru-baru ini. Ada beberapa informasi yang beredar baik melalui WA maupun wall yang ada.
Mengaitkan setiap tanggal 26 pada bulan-bulan tertentu terjadi sebuah musibah
MEMASTIKAN atau MEMAKSAKAN bahwa bencana yang terjadi diakibatkan perbuatan tertentu
Pada poin pertama mengaitkan atau dalam istilah beberapa orang ilmu gothak-gathik-gathuk merupakan ilmu yang menarik bagi sebagian orang. Tak jarang mereka yang tidak berfikir atau meneliti lebih jauh terjatuh dalam perkara ini. Poin kedua masih debatable dan mungkin masuk ke dalam kontroversi :). Menjadikan pelajaran dari sebuah peristiwa merupakan hal yang sangat penting dan hal ini merupakan salah satu bentuk tarbiyah bil ahdats akan tetapi memaksakan sebuah peristiwa dan menjadikan hal tersebut adalah kepastian saya rasa itu keliru. Saya tidak menafikan bahaya syirik namun melarang sesuatu berdasarkan pada informasi yang keliru juga saya rasa sama kelirunya apalagi terkesan memaksakan :). Dua poin itu hanya bagian kecil dari sebuah peristiwa yang terjadi di jagat maya ini.
Saya bawakan contoh lain. Jika kita berbicara tentang keagungan Islam maka cukuplah Al-Qur'an dan As-Sunnah shohihah yang menjadi sandaran utama. Kisah-kisah yang dusta dan bohong sekalipun demi kepentingan Islam tidak akan menambah keagunganNya sedikitpun atau tanpa cerita-cerita yang dusta tidak akan mengurangi kemuliaan agama ini maka sekali lagi cukuplah Al-Qur'an dan As-Sunnah yang shohihah menjadi pedoman kita. Mari kita biasakan untuk cermat dalam men-share informasi ataupun berita apapun itu. Berfikirlah beberapa kali apabila informasi itu disebar dan berfikirlah apa yang akan terjadi jika informasi itu dianggap benar.
- usai mendengarkan kisah pergumulan dari para Komandan Jagad Lelembut (Ahli Ruqyah)
Andrey Ferriyan,
Rumah Pohon, 14 Rajab 1436 - May 3, 2015