Kebahagiaan Hari ini Semoga Kelak Menjadi Kebahagiaan di Kemudian Hari.

سئل الإمام أحمد متى يجد العبد لذة الراحة ؟ قال : عند أول قدم يضعها في الجنــة

“Imam Ahmad ibn Hanbal pernah ditanya oleh seseorang, ‘Kapan seorang hamba itu beristirahat ?’. Imam Ahmad menjawab 'ketika pertama kali meletakkan kakinya di surga’”

Begitulah ungkapan dari salah seorang Imam besar diantara para Imam Mahzab yang ada. Pernyataan beliau ini terlihat ringan dan sederhana akan tetapi sangat sarat dengan makna. Timbul rasa takjub dalam hati ini. Membacanya saja sudah menambah semangat apalagi dengan orang pertama yang mendapatkan ungkapan tersebut dari Sang Imam. Tak heran para Sahabat Nabi adalah orang-orang yang sangat kuat dan bersegera dalam melaksanakan apa-apa yang disampaikan oleh Rosululloh Shalallohu Alaihi wa Salam. Ungkapan tersebut sempat kucari untuk dijadikan salah satu motto dalam karya yang pernah kubuat akan tetapi apa daya karena keterbatasan ilmu maka yang dapat aku kutip adalah ungkapan beliau yang lain yang juga tidak jauh berbeda dan semuanya dalam ranah menuntut ilmu.

Tanggal 24 April 2014 bagi sebagian orang mungkin merupakan salah satu momen sakral. Kebahagiaan dan rasa haru terpancar dari wajah-wajah mereka dan juga wajah-wajah orang tua atau pendamping mereka apakah itu istri, suami, kakak, adik dan lainnya. Ya, ini merupakan hari bersejarah bagiku. Wisudaku yang kedua. Pagi itu aku datang jam 06.00 dan dikumpulkan di bagian barat dari gedung pertemuan. Semuanya berdiri dan dibariskan dengan secara teratur agar bisa masuk dengan rapi dan tertib ke dalam gedung pertemuan. Aku berpisah dengan orang tua karena mereka ditempatkan pada tempat yang lain tapi masih pada satu gedung dan satu ruangan. Aku dikelompokkan dengan kawan-kawan seperjuangan dengan urutan yang sudah diatur. Selepas mendapatkan aba-aba maka satu per satu dari tiap barisan maju dan masuk ke dalam gedung hingga tiba giliran kelompokku. Aku menunggu giliran.

Ketika melihat ada iring-iringin barisan yang antri masuk ada yang membuatku merinding. Tiba-tiba terbetik dalam hati, apakah nanti kita akan seperti ini kelak di shirath (jembatan) ?. Berlebihankah ?. Sama sekali tidak !. Perasaan itu memang tiba-tiba muncul dan menghancurkan konsentrasiku. Perlahan kumelangkahkan kaki sembari masih terngiang-ngiang. Apakah kelak shirath akan seperti ini ?. Tentu sangat berbeda kataku dalam hati. Wajah-wajah yang kulihat kali ini adalah wajah-wajah penuh bahagia dan bukan wajah-wajah khawatir akan keselamatan diri mereka.

Ah… semoga kelak ketika aku diseberangkan di shirath aku dapat menyeberanginya dengan secepat kilat. Semoga aku bisa lulus sebagaimana aku lulus di dunia. Kucoba membasahi bibir ini dengan lantunan istighfar dan kembali mengingat perkataan Imam Ahmad ibn Hanbal. Sungguh kesuksesan yang aku dapatkan sekarang hanyalah salah satu kesuksesan kecil diantara kesuksesan-kesuksesan yang ada. Kesuksesan terbesar adalah kelak jika aku dapat menjejakkan kakiku di surganya Alloh dan selamat dari adzab api neraka.

Kawan-kawanku, perjuangan kita belum selesai, disini bukanlah tempat pendakian terakhir dan tidak sepantasnya bagi kita terlena dengan euforia yang ada. Berbahagia itu boleh akan tetapi jangan sampai lupa kelak akan ada ujian yang lebih berat dari ini semua dan aku berharap kelak kita juga dapat berjumpa dan berbahagia bersama-sama.

Andrey Ferriyan
Banyumanik, 25 April 2014