Indahnya Kotamu (1)

Indahnya Kota Nabi tak kalah dari uniknya Muscat.
Uniknya kota Muscat menjadi sebuah kisah tersendiri yang sangat berkesan bagi diriku. Kota tua yang menyimpan nilai artistik tersendiri. Semoga dalam jangka waktu dekat kiranya bisa kutuliskan dalam kisah tersendiri.
Muscat telah dilalui maka tujuan selanjutnya adalah Madinah Al-Munawarah. Dengan menaiki Oman Air aku menuju Madinah. Jarak yang ditempuh kurang lebih 2,5 jam perjalanan melintasi Abu Dhabi. Pesawat sampai di bandar udara Madinah Prince Muhammad Ibn Abdul Aziz selepas solat maghrib.
Akupun melangkah kembali dengan bis menuju penginapan untuk solat dan beristirahat. Aku melintasi gerbang Haram, batas tanah Haram yang memiliki adab-adab khusus di dalamnya. Di dalam batas ini kita dilarang untuk melakukan kezaliman baik itu kepada manusia maupun kepada hewan dan tumbuh-tumbuhan. Jika kita dengan sengaja melakukannya maka diharuskan untuk membayar kafarat (denda). Oleh karena itu sudah sepantasnya kita tidak melakukan perbuatan yang melanggar ketentuan Alloh Subhanahu wa Ta’ala
Madinah merupakan sebuah kota yang memiliki keutamaan tersendiri sebagaimana halnya kota Makah. Hal ini telah disebutkan oleh Rosululloh Sholallohu alaihi wa Salam dalam hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim:
إِنَّ الإِيْمَانَ لَيَأْرِزُ إِلَى الْمَدِيْنَةِ كَمَا تَأْرِزُ الْحَيَّةُ إِلَى جُحْرِهَا
“Sesungguhnya iman itu akan kembali ke Madinah sebagaimana ular akan kembali ke lubangnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Salah seorang guru saya, Ustadz Reky Abu Musa pernah menyampaikan, Abu Thoyyib pernah berkata jika seandainya di Madinah saja kita tidak dapat berbuat kebaikan maka dimana lagi kita dapat melakukan kebaikan.
Hal ini sebenarnya juga menjadi sebuah isyarat bagi kita bahwa jika kita berkeinginan untuk menambah keimanan dan ketakwaan maka kota Madinah bisa menjadi salah satu tempat terbaik yang menawarkan lingkungan yang kondusif dengan segudang pahala.
Terlebih lagi dengan melakukan amal kebaikan di salah satu tempat teragung yakni Masjid Nabawi insya Alloh keimanan dan ketakwaan kita semakin meningkat. Saya kutipkan dari islamqa.com sebagaimana diriwayatkan oleh Ahmad dan Ibnu Majah, no. 1406. Dari Jabir radhiallahu’anhu sesungguhnya Rosulullah sallallahu ’alaihi wa sallam bersabda:
صَلَاةٌ فِي مَسْجِدِي أَفْضَلُ مِنْ أَلْفِ صَلَاةٍ فِيمَا سِوَاهُ إِلَّا الْمَسْجِدَ الْحَرَامَ ، وَصَلَاةٌ فِي الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ أَفْضَلُ مِنْ مِائَةِ أَلْفِ صَلَاةٍ فِيمَا سِوَاهُ
“Shalat di masjidku, lebih utama seribu kali (dibandingkan) shalat di selainnya kecuali Masjidil haram. Dan shalat di Masjidil haram lebih utama seratus ribu (dibandingkan) shalat di selainnya.“ (Hadits dishahihkan oleh Al-Mundziri dan Al-Bushoiry. Al-Albany berkata: “Sanadnya shahih sesuai persyaratan Bukhori dan Muslim, Irwaul Ghalil, 4/146).
Maka perhatikanlah wahai saudaraku, begitu indahnya dan besarnya pahala beribadah di Masjid Nabawi. Satu amalan akan dilipatgandakan sebanyak 1000 kali. Itu cuma solat, belum membaca Al-Quran, solat sunnah qobliyah dan bakdiyah, belum berdzikir. Jika kita solat lima waktu berjamaah yang pahalanya 27 derajat maka silahkan kalikan sendiri. Dalam surah Ad-Dhuha disebutkan kita diminta untuk menyebut-nyebut nikmat Alloh Subhanahu wa Ta’ala. Sekalipun kita tidak dapat menghitungnya semoga dengan menyebutkannya dapat menambah rasa syukur kita kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala dan Alloh tambahkan kenikmatan yang telah kita syukuri tersebut.
Semoga kita semua diberikan kemudahan oleh Alloh menuju ke kota Madinah kelak.
- sembari menikmati keindahan masjid Nabawi
Andrey Ferriyan
Madinah, 4 Maret 2015